Definisi Perubahan Harga
Untuk memahami
makna istilah perubahan harga (changing prices), harus dibedakan
antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang
keduanya masuk dalam istilah perubahan harga itu.
·
Perubahan harga umum
Suatu perubahan harga umum terjadi apabila
secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian
mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami
kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi
(inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).
·
Perubahan harga spesifik
Perubahan harga spesifik mengacu pada
perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan
dalam permintaan dan penawaran.
Selama periode
inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jaang
mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang dinyatakan
lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai
lebih tinggi. Nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah menghasilkan
beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih tinggi. Dari sudut
pandang manajemen, ketidakakuratan pengukuran ini mendistorsi:
- Proyeksi keuangan yang
didasarkan pada data seri waktu historis
- Anggaran yang menjadi dasar pengukuran
kinerja
- Data kinerja yang
tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan.
Laba yang
dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan:
Kenaikan dalam
proporsi pajak.
- Permintaan dividen lebih banyak dari
pemegang saham.
- Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi
dari para pekerja.
·
Tindakan yang merugikan dari Negara tuan
rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan
perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan
kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan
membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan.
Fungsi mengakui
pengaruh inflasi secara eksplisit yaitu :
a.
Pengaruh perubahan harga sebagian
bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan. Para
pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini.
b.
Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh
perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas permasalahan
tersebut. Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam
kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh perubahan harga.
c.
Laporan dari para manajer mengenai
permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila
kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah
tersebut
Jenis Penyesuaian Inflasi
- Penyesuaian tingkat
harga umum (mata uang konstan biaya historis), yaitu umlah mata uang yang
disesuaikan dengan perubahan tingkat harga (daya beli).
- Penyesuaian biaya
kini, yaitu pertama, aktiva dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya
historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan
oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan kompenen
pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal
fisik perusahaan.
Sudut Pandang Internasional Terhadap
Akuntansi Inflasi
1. Amerika Serikat
Pada tahun
1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of
Financial Accounting Standards-SFAS) No. 33 Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan
Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang
memiliki persediaan dan aktiva tetap yang bernilai lebih dari $125 juta atau
total aktiva lebih dari $1 miliar, untuk selama lima tahun mencoba melakukan
pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini.
Pengungkapan ini lebih bersifat melengkapi dan bukan menggantikan biaya
historis sebagai kerangka dasar untuk leporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun informasi
keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa (1) pengungkapan
ganda yang diwajibkan oleh FSAB membingungkan, (2) biaya untuk penyusunan
pengungkapan ganda ini terlalu besar, dan (3) pengungkapan daya beli konstan
biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini. FASB
menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh
pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal untuk standar
akuntansi inflasi dimasa depan.
Perusahaan
pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk 5 tahun terakhir
1.
Penjualan bersih dan pendapatan operasi
lainnya.
2.
Laba dari operasi yang berjalan
berdasarkan dasar biaya kini.
3.
Keuntungan atau kerugian daya beli
(moneter) atas pos-pos moneter bersih.
4.
Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini
atau jumlah yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan
akan dapat dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari
persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga
umum).
5.
Setiap agregat penyesuaian
translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses
konsolidasi.
6.
Aktva bersih pada akhir tahun menurut
dasar biaya kini.
7.
Laba per saham (dari operasi berjalan)
menurut dasar biaya kini.
8.
Dividen per saham biasa.
9.
Harga pasar akhir tahun per lembar saham
biasa.
10. Tingkat Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index-CPI)
yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan.
2.
Inggris
Komite Standar
Akuntans Inggris (Accounting Standard Committee-ASC) menerbitkan
Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standard Accounting
Practice-SSAP 16) “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada
bulan Maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam dua hal utama. Pertama,
apabila standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini utnuk pelaporan eksternal. Kedua, apabila
penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris
mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan
penjelasan.
Standar di
Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan, yaitu :
1.
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
2.
Menyajikan akun-akun biaya historis
sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
3.
Menyajkan akun-akun biaya kini sebagai
satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
3.
Brazil
Inflasi
seringkali merupakan bagian lingkungan usaha yang diterima di Amerika Latin,
Eropa Timur, dan Asia Tenggara. Pengalaman Brazil di masa lalu dengan
hiperinflasi membuat inisiatif akuntansi inflasi bersifat instruktif. Meskipu
tidak lagi diwajibkan, akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brazil hari
ini mencerminkan dua kelompok pilihan pelaporan-Hukum Perusahaan Brazil dan
Komisi Pengawas Pasar Modal Brazil.
Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan
hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas
pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah
federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi
aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta
akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang
terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan
pendapatan, cadangan evaluasi dan akun cadangan modal yang digunakan untuk
mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva
permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang
diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian
koreksi moneter. Komisi Pasal Modal Brasil mewajibkan metode akuntansi yang
lain untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan publik.
Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya harus mengukur ulang seluruh
transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan menggunakan mata uang
fungsionalnya.
Badan Standar Akuntansi Internasional
IASB telah menyimpulkan bahwa laporan
posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang local menjadi tidak berarti
lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi. IAS 29 yang membahas
Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi mewajibkan (dan bukan hanya
merekomendasikan) penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Secara
khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata
uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkann pada kerangka penilaian
biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli
konstan pada tanggal neraca.
Aturan ini juga
berlaku untuk angka-angka terkait pada periode sebelumnya. Keuntungan atau
kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter
bersih dimasukkan ke dalam laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga
harus mengungkapkan:
- Fakta bahwa penyajian
ualng untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah dilakukan.
- Kerangka dasar
penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama (yaitu
penilaian biaya historis atau biaya kini).
- Identitas dan tingkat
indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya selama
periode pelaporan.
- Keuntungan atau kerugian
moneter bersih selama periode tersebut.
Isu-isu
Mengenai Inflasi
Terdapat empat
isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu, yaitu :
1.
Apakah dolar konstan atau biaya kini yang
lebih mengukur pengaruh inflasi.
2.
Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan
dan kerugian inflasi.
3.
Akuntansi inflasi luar negeri.
4.
Menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan dan Kerugian Inflasi
Keuntungan atau kerugian pos-pos moneter
di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo
awal dan akhir, serta transaksi dalam, seluruh aktiva dan kewajiban moneter
(termasuk utang jangka panjang). Angka yang dihasilkam diungkapkan sebagai pos
terpisah. Perlakuan ini memeandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter
sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain. Di Inggris,
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter
dan mekanisme penyesuaian.
Pendekatan di Brazil yang tidak lagi
diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit,
karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi.
Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi
dua bagian: (1) laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini
sumber daya yang dikonsumsi) dan (2) keuntungan yang belum direlasisasi yang
timbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat
bersamaan dengan inflasi. Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi
(yaitu, proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peraltan)
bukanlah suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau tidak. Apabila laba
berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat
digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva
operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian dari
laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya
(kapasitas produktifnya). Aktifa yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan kosong
atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu diganti untuk
mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya
kini mencakup pos-pos ini, kanaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai)
kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan
lengsung dalam laba.
Akuntansi Untuk Inflasi di Luar Negeri
Di Amerika serikat, FASB berupaya untuk
membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk
melakukan eksperimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan
pengungkapan biaya kini. FAS 89, yang mendorong (dan bukan lagi mengharuskan)
perusahaan untuk memperhitungkan perubahan harga, masih meninggalkan
permasalahan yang masih belum terselesaikan dalam dua tingkatan. Pertama
perusahaan mungkin terus mempertahankan nilai aktiva nonmoneter berdasarkan
biaya historisnya (disajikan ulang untuk perubahan tingkat harga umum) atau
menyajikan ulang berdasarkan ekuivalen biaya kini. Kedua, perusahaan yang
memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi luar negeri
memiliki dua metode pilihan dalam mentranslasikan dan menyajikan ulang
akun-akun luar negeri dalam dolar AS.
Menghindari
Kejatuhan Ganda
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap
inflasi di luar negeri, seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang
disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi local
langsung berpengaruh terhadap kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila
teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju
inflasi internal suatu negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti
menunjukkan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan (paling tidak
dalam jangka pendek). Dengan demikian, ukuran penyesuaian yang terjadi untuk
menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs
dan perbedaan inflasi berhubungan secara negatif.
Daftar Pustaka
Choi, Frederick D.S and Gary K. Meek.
2010. International Accounting. Buku 2. Salemba Empat. Jakarta.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/akuntansi-internasional-bab-7-resume-pelaporan-keuangan-dan-perubahan-harga/
No comments:
Post a Comment